Sabtu, 31 Desember 2011

PUASA bagian:2

كتاب الصيام
من فقه العبادات على مذهب الشافعى

Wajib mengqodho puasa bagi orang yg mempunyai kebiasaan gila atau mabuk pada waktu-waktu tertentu (sepanjang hari). Dan jika gila atau mabuknya hanya beberapa jam saja, maka tidak wajib mengqodho puasanya. Sedangkan bagi orang yg terkena ayan atau epilepsi wajib mengqodho puasanya, meskipun keadaan itu hanya terjadi beberapa saat saja. Dalilnya adalah firman Allaah Subhanahu wata'alaa yg artinya: Dan barang siapa sakit atau dalam perjalanan(lalu ia berbuka),maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yg ditinggalkannya itu,pada hari-hari yg lain.(al Baqoroh:185). 
3):BALIGH. Puasa tidak diwajibkan bagi anak-anak yg masih kecil. Akan tetapi jika mereka berpuasa,maka puasanya adalah sah. Seharusnya anak-anak mulai diperintah untuk berpuasa jika sudah berumur tujuh tahun,dan agar dipukul karena tidak berpuasa jika sudah berumur sepuluh tahun. Hal ini diqiyaskan dgn masalah sholat
4):MAMPU. Maksudnya mampu untuk berpuasa tanpa merasa kepayahan yg teramat sangat.


                                                 *SYARAT SAHNYA PUASA* 
1): Niat. 
Dalilnya adalah sabda Rosulullaah shollallaahu 'alayhi wasallam,yg diriwayatakan oleh sahabat 'Umar bin Khotthob rodhiyallaahu 'anhu : Sesungguhnya amal-amal itu disertai dengan niat, dan sesungguhnya bagi seseorang itu sesuatu sesuai dengan yg ia niatkan.
Tempat niat adalah di dalam hati, dan hendaklah sambil menghadirkan hati (membayangkan) bahwa hakekat puasa itu adalah menahan diri dari segala hal yg membatalkan sepanjang siang. Niat dianggap tidak cukup, jika hanya diucapkan oleh lisan, tanpa dibisikkan dalam hati. Akan tetapi mengucapkan niat adalah sunah, karena lisan dapat membantu hadirnya hati.
 Khusus untuk puasa fardhu terdapat dua syarat dalam niat, yaitu:
 A): Menginapkan niat. 
Jadi niat puasa fardhu harus dilakukan pada malam hari. Dalilnya adalah sabda Rosulullaah shollallaahu 'alayhi wa sallam, yg diriwayatkan oleh sayyidah Hafshoh rodhiyallaahu 'anha: Barang siapa yg tidak menginapkan niat puasanya sebelum fajar, maka tiada puasa (yg sah) baginya.

B): Menjelaskan. 
Puasa dianggap tidak sah jika dalam niatnya tidak menjelaskan jenis/nama puasa fardhu yg akan dikerjakan, apakah itu puasa kafarat, puasa nadzar, puasa Romadhon dalam waktunya, ataukah mengqodho puasa. Dalilnya adalah sabda Rosulullaah shollallaahu 'alayhi wa sallam: wa innamaa limriin maa nawaa (dan sesungguhnya bagi seeorang itu sesuatu sesuai yg ia niatkan). Paling sedikitnya niat puasa Romadhon adalah 'Nawaytu shouma romadhoona' dan yg paling lengkapnya adalah ' Nawaytu shouma ghodin 'an adaa-i fardhi romadhooni haadzihissanati iimaanan wahtisaaban lillaahi ta'aalaa ' .
2):Menahan diri dari jima'/bersetubuh yg disengaja. 
3):Menahan diri dari muntah yg disengaja. 
Muntah membuat puasa menjadi batal,meskipun merasa yakin tak ada apapun yg masuk lagi ke dalam perutnya. Jika muntahnya terpaksa dan bukan karena kesengajaan,maka puasanya tidak batal, meskipun muntahnya dalam ukuran yg banyak, asalkan tidak ada sesuatupun yg tertelan kembali. Jika ternyata ada sesuatu yg ikut tertelan, maka puasa menjadi batal dan harus diqodho nanti. Dalilnya adalah hadits yg diriwayatkan oleh sahabat Abu Hurayroh Rodhiyallaahu 'anhu, sesungguhnya Nabi shollallaahu 'alayhi wa sallam bersabda: barang siapa yg terpaksa harus muntah, maka dia tidak wajib mengqodho. Dan barang siapa yg sengaja muntah, maka dia wajib mengqodho.
4):Menahan diri dari masuknya segala sesuatu pada lubang tubuh yg terbuka dan menembus ke dalam perut, baik berupa benda padat,benda cair bahkan juga asap. 
5):Islam. 
Yg dimaksud adalah dalam keadaan islam. Tidaklah sah puasanya orang yg sedang murtad, karena syaratnya puasa adalah niat dan syaratnya niat adalah islam.
6):Suci dari haid dan nifas. 
Tidaklah sah puasanya orang yg sedang haid atau nifas, bahkan dinyatakan haram oleh kesepakatan ulama salaf. Jika haid atau nifas berhenti sebelum fajar, maka puasanya sah, meskipun dia belum atau tidak mandi sepanjang siang, sampai tiba adzan maghrib. Begitu juga bagi orang yg mengalami mimpi basah pada siang hari, atau memasuki subuh dalam keadaan junub, maka puasanya sah,meskipun dia tidak atau belum mandi. Landasannya , sayyidah 'Aisyah rodhiyallaahu 'anha meriwayatkan : sesungguhnya Nabi shollallaahu 'alayhi wa sallam pernah memasuki subuh dalam keadaan junub karena jima' dan bukan karena mimpi basah, kemudian beliau berpuasa.Sedangkan jika haid atau nifas berhenti setelah fajar,meskipun hanya beberapa menit, maka puasa pada siang harinya tidak sah. Hanya saja disunahkan untuk ikut imsak sampai maghrib tiba dan nantinya mengqodho puasa. Adapun jika haid datang setelah adzan maghrib, maka puasa pada hari itu(sebelum haid) adalah sah dan tidak perlu mengqodhonya. 



                                                             (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar