Senin, 30 April 2018

Qo'idah ke 2 bagian 4

50 Pedoman Kehidupan
Dari Al-Qur’an
Disarikan dari kitab:
قَوَاعِدُ قُرْآنِيَّةْ
Karya: DR.Umar 
    bin Abdullah al-Muqbil

**** 

Pedoman ke:2 (lanjutan)

6- Banyak terjadi peristiwa-peristiwa di dunia ini yang dapat kita ambil sebagai ibroh/pelajaran, termasuk satu peristiwa yang akan aku ceritakan di berikut ini. Pada suatu hari, seorang laki-laki berusaha keras mengejar jadwal penerbangan pesawat yang akan segera terbang dari bandara. Dia berlari sekuat yang ia mampu sambil menyeret barang-barang yang akan ia bawa agar tidak ketinggalan pesawat. Tak berapa lama kemudian, sampailah ia dan barang bawaannya ke bandara yang dituju. Sambil mengatur nafas yang ngos-ngosan, dia berniat duduk sejenak untuk mengurangi rasa pegal pada kaki dan tangannya karena telah berlari dalam jarak yang cukup jauh sambil menyeret beban yang cukup berat. Baru saja pantatnya menyentuh kursi di loby bandara, terdengarlah suara yang cukup nyaring, bahwa ternyata pesawat yang coba ia kejar itu sudah siap terbang. Tak ada waktu dan kesempatan lagi baginya untuk naik ke dalam pesawat itu karena pesawat sudah mulai bergerak mengelilingi landasan pacu di bandara itu dan siap untuk terbang. Laki-laki itupun terhenyak dan tertunduk lemas. Ia menyesali keterlambatannya dan mulai menyalahkan hal-hal yang menurutnya menjadi sebab akan keterlambatannya itu. Dia berpikir, bisnisnya pasti akan segera hancur karena ia tidak bisa datang tepat waktu seperti yang telah ia janjikan kepada para partner bisnisnya di kota lain. Sementara jadwal pemberangkatan pesawat selanjutnya harus menunggu dua hari lagi. Akhirnya, laki-laki tersebut berdiri dan melangkah gontai ke luar bandara. Rumah. Ya, dia harus kembali ke rumahnya untuk mengatur segalanya dari awal lagi. Setelah sampai di rumah, dia menghubungi beberapa temannya melalui telepon lalu ia nyalakan TV sekedar untuk mencairkan suasana hati yang sedang tak menentu. Tiba-tiba matanya melotot ke layar TV lalu ia berteriak keras: “Terima kasih ya Allah! Engkau telah melindungiku dengan cara-MU yang teramat manis”. Ternyata, chanel TV yang sedang ia lihat memberitakan bahwa telah terjadi kecelakaan pesawat terbang beberapa puluh menit yang lalu, yang mana semua penumpangnya dinyatakan tewas tak terkecuali, dan pesawat itulah yang coba ia kejar beberapa jam yang lalu namun ia gagal menaikinya karena terlambat datang ke bandara.
Pertanyaannya: bukankah keterlambatan laki-laki itu lebih baik bagi dirinya? Seandainya ia tidak terlambat, bukankah ia juga akan ikut menjadi bagian dari korban yang tewas Dalam pesawat  tersebut? Ya, meskipun awalnya ia merasa kesal, kecewa dan sedih karena gagal mengejar pesawat itu, tapi akhirnya ia bersyukur atas keterlambatan yang telah direncanakan oleh Allah untuk dirinya. Dalam sebuah sya’ir dituliskan :
على المرء أن يسعى الى الخير جهده      و ليس عليه أن تتم المقاصد
Seseorang wajib mengusahakan hal-hal yang baik dengan sekuat tenaga. Dan ia tidaklah wajib untuk meraih tujuannya dengan sempurna (sesuai rencana).

(bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar